Thursday, March 17, 2016

Tempat wisata gunung slamet

Tempat wisata gunung slamet

Selain pemandian air panas dan telaga, di Baturaden juga terdapat bumi perkemahan atau camping ground yang biasanya sering digunakan sebagai tempat untuk outbond. Pada tahun 2001, camping ground ini pernah menjadi lokasi Jambore Nasional Gerakan Pramuka.

Salah satu akibat dari aktivitas vulkanik tersebut adalah sumber mata air yang muncul di beberapa lokasi di kaki Gunung Slamet. Mata air yang mengalir dari gunung memungkinkan berdirinya beberapa tempat wisata yang bertemakan alam yang tersebar di sekitar kaki gunung. Dua tempat wisata yang mengandalkan air yang bersumber dari salah satu titik cincin api Pasifik ini adalah Guci Indah, yang terletak di desa Guci, Tegal di utara Gunung dan Lokawisata Baturraden yang terletak di Kabupaten Banyumas, di sebelah selatan gunung.

Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.

Satu tempat wisata lainnya terletak di sebelah selatan kaki gunung yaitu Lokawisata Baturraden. Terletak di sebelah utara kota Purwokerto dengan jarak ±15 km, 15 menit adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tempat wisata ini dari kota tersebut. Seperti halnya Guci, di sini juga ada pemandian air panas dan air terjun. Tetapi, di Baturraden juga terdapat juga kebun binatang, bumi perkemahan, museum, dan pertunjukkan budaya yang ditampilkan pada hari-hari tertentu. Hotel, losmen, dan villa juga banyak dibangun di daerah ini. Bagaimana? Pastikan anda memasukkan Gunung Slamet dalam list penjelajahan anda.

Di Kaloka Widya Mandala terdapat berbagai macam spesies binatang yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Beberapa spesies hewan yang ada dalam taman ini antara lain orang utan, elang, ayam kate, ayam mutiara, rusa, beruk, buaya, ular, kaswari, sapi kaki lima, kambing kaki tiga, landak, iguana, cendrawasih, kelelawar, gajah, monyet, dan beberapa satwa langka lainnya.

Jika Anda ingin lebih praktis dan bebas maka bisa menggunakan kendaraan pribadi, menyewa mobil atau menggunakan taksi. Dengan jarak tempuh sekitar 15 km dari pusat kota Purwokerto, Anda hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit jika jalanan tidak sedang padat. Sebaiknya Anda berhati-hati jika memutuskan menggunakan kendaraan pribadi, karena banyak jalanan menanjak dengan tingkat kemiringan sekitar 30 derajat.

Baturaden adalah sebuah resort wisata yang menawarkan panorama air terjun, mini-train, perahu dayung, dan kolam renang. Nama Baturaden diambil dari legenda tentang sepasang kekasih yang bernasib sial, seorang lelaki pelayan (Batur) dan seorang wanita bangsawan (Raden).

Terima Kasih atas kunjungan dan komentar anda. Maaf, komentar yang mengandung iklan, spam dan link promosi atau link hidup akan di hapus.=======================================================================Thank you for your visit and your comment. Sorry, comments that contain advertising, spam and link promotion or live links will be removed

Karena memiliki tempat tertinggi, puncak gunung berapi ini bisa disebut juga sebagai atap dari Jawa Tengah. Karena alasan yang sama pula, banyak pendaki menjadikannya sebagai sasaran pendakian untuk ditaklukkan. Pemandangan yang tersedia serta rasa bangga telah mencapai titik tertinggi di Jawa Tengah adalah hadiah yang didapat para pendaki setelah mencapai puncak Slamet. Puncak kegiatan pendakian ke Gunung Slamet sendiri biasanya terjadi pada hari-hari besar nasional, terutama pada hari ulang tahun kemerdekaan negara Indonesia pada 17 Agustus dan hari raya Natal serta tahun baru masehi dari tanggal 24 Desember sampai 1 Januari dengan jumlah keseluruhan pendaki bisa mencapai angka 500 orang.

Guci Indah, atau dikenal juga dengan taman wisata pemandian air panas Guci adalah objek wisata yang terletak di bagian utara kaki Gunung Slamet dan berada pada ketinggian ±1.050 mdpl. Objek wisata ini selalu ramai dan sudah terkenal dari dulu sejak pertama kali ditemukannya sumber mata air panas di sini pada tahun 1974. Jarak tempuh ke lokasi ini dari kota Tegal adalah sekitar 40 km dan kurang lebih bisa dicapai dalam waktu 45 menit. Pemandian air panas dapat dijumpai di mana-mana di daerah ini. Ada yang umum dan ada pula yang berbentuk kolam renang yang dimiliki oleh hotel dan penginapan. Terdapat pula 10 air terjun di sini, di samping wisata pemandian air panas.

Eits, ternyata selain dua kota tersebut, Jawa Tengah juga memiliki lokasi wisata lain yang menarik untuk dikunjungi. Lokasi tersebut adalah Baturaden. Baturaden merupakan salah satu dari 27 kabupaten di Banyumas.

Karena letaknya di lereng Gunung Slamet, Baturaden memiliki hawa yang sejuk sehingga di hari libur atau weekend, tempat ini banyak didatangi oleh pengunjung. Banyaknya wisatawan yang datang membuat para pihak pengelola menyediakan fasilitas-fasilitas seperti hotel, penginapan, dan camping ground.

Jalur pendakian lainnya adalah melalui objek wisata pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal. Meskipun terjal, rute ini menyajikan pemandangan yang paling baik. Kawasan Guci dapat ditempuh dari Slawi menuju daerah Tuwel melewati Lebaksiu.

            Tri Daya menjelaskan, dalam rangkaian festival digelar prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah. Prosesi ini akan dikemas apik dan tanpa mengurangi nilai keskaralan dari upacara pengambilan air Sikopyah. “Mata air Sikopyah merupakan mata air terbesar dan tak pernah kering sepanjang waktu. Air Sikopyah diyakini mampu membawa berkah, kesehatan, menjunjung derajat orang yang meminumnya dan konon mampu menjadikan awet muda,” kata Tri Daya Kartika.

tiga tahun menikmati hidup di kaki gunung slamet, memang selalu bikin nyaman. selain sejuk udaranya, aura tenangnya gunung slamet memang sangat kental. setidaknya itu yg saya rasakan.

Damae 12 Maret 2014 08.07 tiga tahun menikmati hidup di kaki gunung slamet, memang selalu bikin nyaman. selain sejuk udaranya, aura tenangnya gunung slamet memang sangat kental. setidaknya itu yg saya rasakan.

Tercatat ada 150 gunung berapi di Indonesia, 45 di antaranya ada di Pulau Jawa dan masih aktif. Gunung yang satu ini juga termasuk dalam daftar tersebut karena masih menunjukkan aktivitas vulkanik yang memungkinkan terjadinya letusan. Sejak abad ke-18, aktivitas gunung ini terus dicatat dan telah meletus beberapa kali dengan letusan terakhir terjadi pada tahun 2014. Walaupun begitu, Slamet masih mempunyai daya tariknya sendiri yang menarik para pendaki dan para wisatawan untuk berkunjung.

Sejarawan Belanda, J. Noorduyn berteori bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru, yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa (kata itu merupakan pinjaman dari bahasa Arab). Ia mengemukakan pendapat bahwa yang disebut sebagai Gunung Agung dalam naskah berbahasa Sunda mengenai petualangan Bujangga Manik adalah Gunung Slamet, berdasarkan pemaparan lokasi yang disebutkan .

Bioskop ini tidak menayangkan film Hollywood atau film layar lebar, melainkan film tentang alam dan budaya tanah air Indonesia seperti film tragedi tsunami, cerita budaya TMII, atau peristiwa Gunung Merapi. Durasi film yang ada di teater ini sekitar 10 sampai 15 menit.

            Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto menyambut baik diadakannya Festival Gunung Slamet ini.  Sukento berharap, melalui FGS akan mampu mengangkat Kabupaten Purbalingga sebagai destinasi wisata di Jateng dan juga mengangkat budaya masyarakat di sekitar kaki Gunung Slamet. “Saya berharap, dalam kegiatan festival, seni tradisi dan seni kontemporer yang ditampilkan dikemas secara apik dan menarik sehingga layak jual bagi wisatawan, tidak hanya menjadi tontonan massal saja,” ujarnya. (y)  

PURBALINGGA – Festival Gunung Slamet (FGS) akan dihelat pada 4 – 6 Juni 2015 mendatang. Festival yang baru pertama kali digelar ini dipusatkan di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Pemkab Purbalingga, mengagendakan festival ini menjadi ajang rutin tahunan untuk mendatangkan wisatawan. Festival ini juga ingin menegaskan bahwa wisata di sekitar Gunung Slamet tetap aman meski status gunung itu sampai saat ini masih ‘Waspada’.             Agenda festival dimulai pada 4 Juni 2015 mulai pukul 06.30 – 12.00 berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah dan kemudian diarak menuju Balai Desa Serang. Tuk Sikopyah merupakan mata air besar di lereng Gunung Slamet yang berada di wilayah Dusun III Desa Serang, Kecamatan Karangreja. Tuk Sikopyah, selain menjadi sumber air kehidupan ribuan warga Purbalingga  juga menghidupi warga Kabupaten Pemalang. Kemudian pada Jum’at mulai pukul 09.00 – 16.00 WIB digelar pentas seni budaya local dan pasar rakyat. Disela-sela kegiatan ini juga akan dilakukan penanaman pohon turus gunung sepanjang jalur Sikopyah. Puncak festival pada Sabtu 6 Juni 2015 mulai pukul 09.00 digelar prosesi wayang ruwat tunggal, prosesi pembagian air Sikopyah yang sebelumnya ditempatkan pada Lodong air, kirab budaya dan hasil bumi, serta pada malam harinya digelar pentas seni kontemporer. Puncak festival ini digelar di kawasan rest area LA (Lembah Asri) Desa Wisata Serang.             Ketua Panitia FGS, Tridaya Kartika mengungkapkan, festival yang didukung oleh Pemkab Purbalingga melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, akan mengangkat pariwisata Purbalingga dan potensi desa wisata yang ada di Purbalingga khususnya desa wisata Serang. “Pariwisata Purbalingga sudah diperhitungkan menjadi bagian destinasi wisata di Jateng, sehingga melalui festival ini akan semakin memperkuat bahwa Purbalingga merupakan kota tujuan wisata,” kata Tri Daya Kartika, Jum’at (8/5).             Tri Daya menjelaskan, dalam rangkaian festival digelar prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah. Prosesi ini akan dikemas apik dan tanpa mengurangi nilai keskaralan dari upacara pengambilan air Sikopyah. “Mata air Sikopyah merupakan mata air terbesar dan tak pernah kering sepanjang waktu. Air Sikopyah diyakini mampu membawa berkah, kesehatan, menjunjung derajat orang yang meminumnya dan konon mampu menjadikan awet muda,” kata Tri Daya Kartika.             Dalam prosesi pengambilan air akan diiringi seni tradisional desa setempat, Seni Gumbeng. Air yang telah diambil dengan Lodong dari bambu, setelah dikirab menuju balai Desa Serang, dan disemayamkan sehari, kemudian akan dibagikan secara simbolis kepada sesepuh desa disekitar Gunung Slamet yang memanfaatkan air Sikopyah. “Daya tarik prosesi pengambilan air Sikopyah ini memiliki nilai jual yang tidak ditemukan di wilayah lain,” kata Tri Daya Kartika.             Kepala Dinbudparpora Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si mengungkapkan, festival yang baru pertama kali digelar diharapkan akan menjadi ikon kunjungan wisata ke Purbalingga. Agenda ini juga menjadi event wisata di Jateng, dan pada tahun 2016 akan digelar kembali dengan dukungan Pmprov Jateng, seperti pada festibal Serayu yang digelar Pemkab Banyumas dan Dieng Culture Festival yang digelar pemkab Banjarnegara.             Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto menyambut baik diadakannya Festival Gunung Slamet ini.  Sukento berharap, melalui FGS akan mampu mengangkat Kabupaten Purbalingga sebagai destinasi wisata di Jateng dan juga mengangkat budaya masyarakat di sekitar kaki Gunung Slamet. “Saya berharap, dalam kegiatan festival, seni tradisi dan seni kontemporer yang ditampilkan dikemas secara apik dan menarik sehingga layak jual bagi wisatawan, tidak hanya menjadi tontonan massal saja,” ujarnya. (y)               Agenda festival dimulai pada 4 Juni 2015 mulai pukul 06.30 – 12.00 berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah dan kemudian diarak menuju Balai Desa Serang. Tuk Sikopyah merupakan mata air besar di lereng Gunung Slamet yang berada di wilayah Dusun III Desa Serang, Kecamatan Karangreja. Tuk Sikopyah, selain menjadi sumber air kehidupan ribuan warga Purbalingga  juga menghidupi warga Kabupaten Pemalang. Kemudian pada Jum’at mulai pukul 09.00 – 16.00 WIB digelar pentas seni budaya local dan pasar rakyat. Disela-sela kegiatan ini juga akan dilakukan penanaman pohon turus gunung sepanjang jalur Sikopyah. Puncak festival pada Sabtu 6 Juni 2015 mulai pukul 09.00 digelar prosesi wayang ruwat tunggal, prosesi pembagian air Sikopyah yang sebelumnya ditempatkan pada Lodong air, kirab budaya dan hasil bumi, serta pada malam harinya digelar pentas seni kontemporer. Puncak festival ini digelar di kawasan rest area LA (Lembah Asri) Desa Wisata Serang.             Ketua Panitia FGS, Tridaya Kartika mengungkapkan, festival yang didukung oleh Pemkab Purbalingga melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, akan mengangkat pariwisata Purbalingga dan potensi desa wisata yang ada di Purbalingga khususnya desa wisata Serang. “Pariwisata Purbalingga sudah diperhitungkan menjadi bagian destinasi wisata di Jateng, sehingga melalui festival ini akan semakin memperkuat bahwa Purbalingga merupakan kota tujuan wisata,” kata Tri Daya Kartika, Jum’at (8/5).             Tri Daya menjelaskan, dalam rangkaian festival digelar prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah. Prosesi ini akan dikemas apik dan tanpa mengurangi nilai keskaralan dari upacara pengambilan air Sikopyah. “Mata air Sikopyah merupakan mata air terbesar dan tak pernah kering sepanjang waktu. Air Sikopyah diyakini mampu membawa berkah, kesehatan, menjunjung derajat orang yang meminumnya dan konon mampu menjadikan awet muda,” kata Tri Daya Kartika.             Dalam prosesi pengambilan air akan diiringi seni tradisional desa setempat, Seni Gumbeng. Air yang telah diambil dengan Lodong dari bambu, setelah dikirab menuju balai Desa Serang, dan disemayamkan sehari, kemudian akan dibagikan secara simbolis kepada sesepuh desa disekitar Gunung Slamet yang memanfaatkan air Sikopyah. “Daya tarik prosesi pengambilan air Sikopyah ini memiliki nilai jual yang tidak ditemukan di wilayah lain,” kata Tri Daya Kartika.             Kepala Dinbudparpora Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si mengungkapkan, festival yang baru pertama kali digelar diharapkan akan menjadi ikon kunjungan wisata ke Purbalingga. Agenda ini juga menjadi event wisata di Jateng, dan pada tahun 2016 akan digelar kembali dengan dukungan Pmprov Jateng, seperti pada festibal Serayu yang digelar Pemkab Banyumas dan Dieng Culture Festival yang digelar pemkab Banjarnegara.             Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto menyambut baik diadakannya Festival Gunung Slamet ini.  Sukento berharap, melalui FGS akan mampu mengangkat Kabupaten Purbalingga sebagai destinasi wisata di Jateng dan juga mengangkat budaya masyarakat di sekitar kaki Gunung Slamet. “Saya berharap, dalam kegiatan festival, seni tradisi dan seni kontemporer yang ditampilkan dikemas secara apik dan menarik sehingga layak jual bagi wisatawan, tidak hanya menjadi tontonan massal saja,” ujarnya. (y)  

            Agenda festival dimulai pada 4 Juni 2015 mulai pukul 06.30 – 12.00 berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah dan kemudian diarak menuju Balai Desa Serang. Tuk Sikopyah merupakan mata air besar di lereng Gunung Slamet yang berada di wilayah Dusun III Desa Serang, Kecamatan Karangreja. Tuk Sikopyah, selain menjadi sumber air kehidupan ribuan warga Purbalingga  juga menghidupi warga Kabupaten Pemalang. Kemudian pada Jum’at mulai pukul 09.00 – 16.00 WIB digelar pentas seni budaya local dan pasar rakyat. Disela-sela kegiatan ini juga akan dilakukan penanaman pohon turus gunung sepanjang jalur Sikopyah. Puncak festival pada Sabtu 6 Juni 2015 mulai pukul 09.00 digelar prosesi wayang ruwat tunggal, prosesi pembagian air Sikopyah yang sebelumnya ditempatkan pada Lodong air, kirab budaya dan hasil bumi, serta pada malam harinya digelar pentas seni kontemporer. Puncak festival ini digelar di kawasan rest area LA (Lembah Asri) Desa Wisata Serang.

Nama Gunung Slamet sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya “selamat” di bahasa Indonesia. Dinamakan seperti itu karena penduduk yang tinggal dekat gunung ini percaya bahwa gunung ini dapat memberikan rasa aman bagi mereka. Dengan ketinggian 3.428 mdpl, Slamet merupakan gunung tertinggi di provinsi Jawa Tengah dan tertinggi kedua di seluruh Pulau Jawa, setelah Gunung Semeru. Slamet berada di perbatasan lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Tegal. Terletak di tengah Pulau Jawa, ada mitos yang mengatakan bahwa jika gunung ini meletus, Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua.

            Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto menyambut baik diadakannya Festival Gunung Slamet ini.  Sukento berharap, melalui FGS akan mampu mengangkat Kabupaten Purbalingga sebagai destinasi wisata di Jateng dan juga mengangkat budaya masyarakat di sekitar kaki Gunung Slamet. “Saya berharap, dalam kegiatan festival, seni tradisi dan seni kontemporer yang ditampilkan dikemas secara apik dan menarik sehingga layak jual bagi wisatawan, tidak hanya menjadi tontonan massal saja,” ujarnya. (y)               Agenda festival dimulai pada 4 Juni 2015 mulai pukul 06.30 – 12.00 berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah dan kemudian diarak menuju Balai Desa Serang. Tuk Sikopyah merupakan mata air besar di lereng Gunung Slamet yang berada di wilayah Dusun III Desa Serang, Kecamatan Karangreja. Tuk Sikopyah, selain menjadi sumber air kehidupan ribuan warga Purbalingga  juga menghidupi warga Kabupaten Pemalang. Kemudian pada Jum’at mulai pukul 09.00 – 16.00 WIB digelar pentas seni budaya local dan pasar rakyat. Disela-sela kegiatan ini juga akan dilakukan penanaman pohon turus gunung sepanjang jalur Sikopyah. Puncak festival pada Sabtu 6 Juni 2015 mulai pukul 09.00 digelar prosesi wayang ruwat tunggal, prosesi pembagian air Sikopyah yang sebelumnya ditempatkan pada Lodong air, kirab budaya dan hasil bumi, serta pada malam harinya digelar pentas seni kontemporer. Puncak festival ini digelar di kawasan rest area LA (Lembah Asri) Desa Wisata Serang.

            Dalam prosesi pengambilan air akan diiringi seni tradisional desa setempat, Seni Gumbeng. Air yang telah diambil dengan Lodong dari bambu, setelah dikirab menuju balai Desa Serang, dan disemayamkan sehari, kemudian akan dibagikan secara simbolis kepada sesepuh desa disekitar Gunung Slamet yang memanfaatkan air Sikopyah. “Daya tarik prosesi pengambilan air Sikopyah ini memiliki nilai jual yang tidak ditemukan di wilayah lain,” kata Tri Daya Kartika.

Balas Damae 12 Maret 2014 08.07 tiga tahun menikmati hidup di kaki gunung slamet, memang selalu bikin nyaman. selain sejuk udaranya, aura tenangnya gunung slamet memang sangat kental. setidaknya itu yg saya rasakan.

Teater Alam ini adalah salah lokasi wisata yang paling menarik di Baturaden, karena teater ini adalah sebuah bioskop yang berbentuk pesawat. Pesawat jenis Foxer 28 milik Garuda Indonesia itu berdiri di atas tanah seluas 600 meter, tepat di samping pintu masuk lokawisata ini.

Untuk mencapai puncak, ada beberapa jalur pendakian yang mempunyai juru kunci masing-masing. Ada jalur pendakian yang resmi dianjurkan oleh pemerintah, ada juga jalur yang dibuat oleh warga sekitar. Jalur pendakiannya sendiri ada empat yang populer, yaitu:

Selain merupakan salah satu tempat favorit para pendaki dari dalam dan luar negeri, Gunung Slamet juga menawarkan kesenangan dan ketenangan lewat beberapa objek wisata yang ada di sekitarnya, terutama bagi para pengunjung yang tidak tertarik dengan pendakian. Objek wisata ini muncul dan bisa dinikmati akibat dari aktivitas vulkanik gunung berapi aktif ini. Hawa sejuk yang dipancarkan serta suburnya hutan-hutan di sekitarnya menjadi salah satu magnet bagi wisatawan yang ingin menjauh dari sibuk dan padatnya pekerjaan di kota. Pariwisata di beberapa daerah sekitar juga berkembang pesat karena adanya atap tertinggi Jawa Tengah ini.

Dia memperkirakan, meterial berupa pasir itu berasal dari lereng Gunung Slamet. Bahkan, kata dia, meterial berupa pasir dan batu yang menerjang curug 13 itu juga merusak satu buah bangunan.

No comments:

Post a Comment